Minggu, 17 Maret 2013

Jenis-Jenis Bibit Jamur Tiram

Pernah dengar Bibit Jamur Tiram F1,F2 dan F3 ?

Secara garis besar ini adalah gambaran pembiakan bibit pada budidaya jamur tiram

Indukan (P) – PDA/Turunan pertama (F1) – Turunan kedua (F2) – Turunan ketiga (F3)

Huruf “F” dalam dunia genetika disebut dengan Filial. Filial adalah hasil turunan dari persilangan/perkawinan indukan “P” yang berbeda jenis. Hasil turunan ini nantinya disebut dengan F1, F2, F3 dan seterusnya. Sedangkan Fenotip merupakan sifat gen yang dihasilkan dari persilangan tersebut yang sifatnya dapat dilihat dengan mata telanjang. Walaupun pada umumnya pembuatan bibit jamur tiram hanya sekedar ‘turunan’ tanpa persilangan, namun tetap saja kita bisa katakan bahwa hasil pembuatan bibit jamur tiram kita sebut sebagai F1, F2, F3, dst. Hal ini sebenarnya peyederhanaan hanya untuk mempermudah identifikasi hasil saja.

Bibit Jamur Tiram  F1

Bibit F1 dapat diperoleh dengan menggunakan sistem kultur jaringan, yaitu mengambil eksplan (bagian) dari induk jamur yang  kemudian diinokulasikan ke media (PDA) secara aseptic. Cara ini terbukticukup baik karena dapat diketahui langsung sifat fisik dan kualitas jamur indukan. PDA atau kepanjangan dari Potatoes Dextrose .



Bibit Jamur Tiram  F2

Bibit F2 merupakan turunan dari bibit F1. Dari satu tabung F1 bisa diturunkan menjadi 20 botol bibit F2. Pembiakan level kedua ini bertujuan memperbanyak miselium jamur yang berasal dari indukan murni. Dari PDA dimasukkan ke media-media tanam seperti serbuk kayu,biji-bijian, gabah, dan lainnya. Biasanya kemasan yang digunakan adalah botol.

Bibit Jamur Tiram  F3

Bibit F3 merupakan turunan dari bibit F2. Media yang digunakan tidak berbeda dengan yang digunakan pada bibit F2. Pembiakan level ketiga ini juga bertujuan memperbanyak misellium dari bibit F2 Dari bibit jamur F3 nantinya bisa digunakan untuk pembibitan hingga 30 baglog.

“Apa masih bisa bibit jamur F3 diturunkan menjadi bibit F4, F5 dan seterusnya? Bisa saja namun kami sangat tidak merekomendasikan karena akan sangat berpengaruh terhadap kualitas jamur hasil panen nanti. Semakin jamur dibiakan, akan membuat perubahan gen dan semakin jauh kualitasnya dari induk jamur utama”.
Nah, setelah anda lebih mengetahui tentang istilah-istilah bibit jamur di atas maka kami yakin kini anda sudah paham pula tentang pentingnya memilih bibit jamur yang berkualitas. Kita tentu bisa lebih hati-hati dalam membeli bibit jamur tiram, apakah itu jenis F1, F2, atau F3.

source http://www.jamurpedia.com

Jual Baglog Jamur Putih

Baglog adalah sebuah media yang menjadit tempat tumbuhnya jamur tiram putih, yang berasal dari campuran serbuk gergaji, bekatul, kalsium, dan tepung.

Harga Baglog :

1. Ukuran Plastik 18 x 35 cm berat sekitar 1,3 kg @ Rp 5.000,- nego, lokasi Banjarbaru

JUAL BIBIT F2

Bibit Jamur Tiram Putih adalah bibit turunan dari bibit F1.

Harga Bibit F2 :
- Bahan serbuk gergaji : Rp 10.000,- per botol
- Bahan serbuk gergaji : Rp 10.000,- per plastik (isi lebih banyak)
  Lokasi Banjarbaru


JUAL BIBIT INDUK (F1)

Bibit F1 di kemas dengan botol saus. dibuat dari bahan jagung yang mengandung hormon Zeatin yang berpengaruh kuat dalam pertumbuhan miselium jamur, ditambah bahan lain dengan komposisi yang sangat tepat sehingga menghasilkan bibit dengan pertumbuhan sangat kuat. Harga per botol Rp.100.000. Hubungi 085751132816. Lokasi Banjarbaru

JUAL BIBIT MEDIA DASAR PDA (F0)

Kami menjual bibit F0, Harga Cuma Rp. 250.000,- Bibit jamur tiram F0 adalah bibit jamur indukan dengan media dasar agar-agar ( PDA) . Sebagai inokulan bibit F0 adalah jaringan jamur yang berasal dari jamur pilihan. 1 botol F0 botol pipih akan menghasilkan sekitar 70 botol bibit F1. 1 botol F1 dapat dijadikan 50-100 baglog F2( bibit siap tanam ) . Masing-masing F2 dapat dijadikan 30-40 baglog media tumbuh ( F3) . Untuk pembelian hubungi 085751132816. Lokasi Banjarbaru


Jumat, 08 Maret 2013

Budi Daya Jamur Tiram

Jamur   terdiri  dari   bermacam-macam   jenis,  ada yang merugikan  dan   ada   yang  menguntungkan bagi kehidupan  manusia.   Jamur yang   merugikan  antara   lain   karena  bersifat   patogen  yaitu   dapat menyebabkan  penyakit   pada  manusia,   hewan  maupun   tumbuhan. Diantara   jamur  yang menguntungkan   manusia   misalnya   :   penicillium   yang   menghasilkan   antibiotik  penisilin,   jamur-jamur   yang   berperan   dalam  proses   fermentasi  makanan   seperti  kecap,   tempe,   tape,   tauco   dan   lain-lain.  Bahkan   banyak   jenis   jamur   yang   dapat  dikonsumsi (dimakan) antara lain jamur kuping,  jamur tiram, jamur shiitake, jamur  agaricus (campignon) dan jamur merang.
Dewasa   ini   budidaya   jamur   (Mushrooming   the   mushroom)   yang   dapat  dimakan telah banyak dilakukan orang yaitu dengan menggunakan limbah pertanian  sebagai media tumbuhnya. Budidaya jamur yang dapat dimakan (edible mushroom)  merupakan   salah   satu   cara   mengatasi   kekurangan   pangan   dan   gizi   serta  menganekaragamkan   pola   komsumsi   pangan   rakyat.   Dari   analisa  menunjukkan  bahwa   kandungan  mineral   jamur   lebih   tinggi   daripada   gading   sapi   dan   domba,  bahkan   hampir   dua   kali   lipat   jumlah   garam   mineral   dalam   sayuran.   Jumlah proteinnya   dua   kali   lipat     protein   asparagus,   kol,   kentang   dan   empat   kali   lipat  daripada  tomat  dan wortel   serta enam kali   lipat  dari   jeruk.  Selain  itu  jamur   juga  mengandung zat besi, tembaga, kalium dan kapur, kaya vitamin B dan D, sejumlah  enzim  tripsin   yang   berperan   sangat   penting   pada   proses   pencernaan,   kalor   dan  kolesterolnya rendah.
Beberapa keuntungan budidaya jamur yaitu :

  1. Melalui   pemanfaatan   bahan-bahan   limbah   di   sekitar   kita  akan   menjadikan lingkungan kita bersih, indah dan sehat.
  2. Budidaya jamur dapat diusahakan tanpa menggunakan lahan yang luas
  3. Produk Jamur dapat  dimanfaatkan untuk menambah gizi atau menu serta dapat  menambah pendapatan keluarga.
  4. Kompos bekas media tanam dapat langsung digunakan untuk pupuk kolam ikan, makanan ikan dan untuk memelihara cacing.
INFORMASI POKOK
Pemeliharaan jamur tiram sangat praktis dan sederhana, yaitu dengan cara menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan pemeliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat pertumbuhan jamur tiram. Langkah-langkah pemeliharaan atau penanaman jamur tiram meliputi persiapan sarana produksi dan tahapan budidaya.
⦁   Ruang Inkubasi
Ruangan ini memiliki fungsi untuk menumbuhkan miselium jamur pada media tanam yang sudah di inokulasi (Spawning). Kondisi ruangan diatur pada suhu 22 – 28OC dengan kelembaban 60% – 80%, Ruangan ini dilengkapi dengan rak-rak bambu untuk menempatkan media tanam dalam kantong plastic (baglog) yang sudah di inokulasi.
⦁    Ruang penanaman (growing) digunakan untuk menumbuhkan tubuh buah jamur. Ruangan ini dilengkapi juga dengan rak-rak penanaman dan alat penyemprot/ pengabutan. Pengabutan berfungsi untuk menyiram dan mengatur suhu udara pada kondisi optimal 16 – 22OC dengan kelembaban 80 – 90%.

Peralatan
Peralatan yang digunakan pada budidaya jamur diantaranya, Mixer, cangkul, sekop, filler, botol, boiler, gerobak dorong, sendok bibit, centong.

Bahan-bahan 
Bahan-bahan yang digunakan dalam budidaya jamur tiram adalah Serbuk kayu, bekatul (dedak), kapur (CaCO3), gips (CaSO4), tepung jagung (biji-bijan), glukosa, kantong plastik, karet, kapas, cincin plastik.

Tahapan Budidaya Jamur Tiram
Beberapa tahapan dalam budidaya jamur tiram yang perlu diperhatikan, yaitu:

1.   Persiapan Bahan
Bahan yang harus dipersiapkan diantaranya serbuk gergaji, bekatul, kapur, gips, tepung jagung, dan glukosa

2.  Pengayakan
Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian mempunyai tingkat keseragaman yang kurang baik, hal ini berakibat tingkat pertumbuhan miselia kurang merata dan kurang baik. Mengatasi hal tersebut maka serbuk gergaji perlu di ayak. Ukuran ayakan sama dengan untuk mengayak pasir (ram ayam), pengayakan harus mempergunakan masker karena dalam serbuk gergaji banyak tercampur debu dan pasir

3.    Pencampuran
Bahan-bahan yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan dicampur dengan serbuk gergaji selanjutnya disiram dengan air sekitar 50 – 60 % atau bila kita kepal serbuk tersebut menggumpal tapi tidak keluar air. Hal ini menandakan kadar air sudah cukup.

4.    Pengomposan
Pengomposan adalah proses pelapukan bahan yang dilakukan dengan cara membumbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupinya dengan plastic

5.    Pembungkusan (Pembuatan Baglog)
Pembungkusan menggunakan plastik polipropilen (PP) dengan ukuran yang dibutuhkan. Cara membungkus yaitu dengan memasukkan media ke dalam plastik kemudian dipukul/ditumbuk sampai padat dengan botol atau menggunakan filler (alat pemadat) kemudian disimpan.

6.    Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan dengan mempergunakan alat sterilizer yang bertujuan menginaktifkan mikroba, bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada suhu 90 – 100OC selama 12 jam.

7.    Inokulasi (Pemberian Bibit)
Inokulasi adalah kegiatan memasukan bibit jamur ke dalam media jamur yang telah disterilisasi. Baglog ditiriskan selama 1 malam setelah sterilisasi, kemudian kita ambil dan ditanami bibit diatasnya dengan mempergunakan sendok makan/sendok bibit sekitar + 3 sendok makan kemudian diikat dengan karet dan ditutup dengan kapas. Bibit yang baik yaitu:
  • Varitas unggul
  •  Umur bibit optimal 45 – 60 hari
  • Warna bibit merata
  • Tidak terkontaminasi

8.    Pemberatantasan Penyakit
Apabila proses   sterilisasi  berjalan dengan  sempurna dan peralatan yang dipakai  bersih dan steril,  maka  tidak ada kontaminasipada subsratnya.  Apabila ada polibek terkontaminasi/ terkena penyakit, sebaiknya polibek tersebut dibuang saja agar tidak menular dan menyebabkan turunnya produksi.

Catatan :
a.    Peralatan yang dipakai pada saat penanaman bibit (inokulasi) harus bersih dan steril. Peralatan agar steril, dipanaskan / dicelup dengan air  mendidih   kemudian   diolesi   dengan   alkohol   70  %.   Sterilisasi peralatan harus  dijaga  selama  inokulasi  agar  media polibek  tidak terkontaminasi.
b.    Penamanan bibit jamur diusahakan ditempat tertutup dan steril.
c.    Pada   saat   mencampur   bahan-bahan   media   tanam   sebaiknya memakai  masker agar uap hasil  reaksi  bahan-bahan  tersebut   tidak terhirup masuk ke dalam paru-paru.

9.    Inkubasi (masa pertumbuhan miselium)
Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan di ruangan inkubasi dengan kondisi tertentu. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih merata, biasanya media akan tampak putih merata antara 40 – 60 hari.

10.    Panen
Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal, pemanenan ini biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya dan mempermudah pemasaran.

Alat Pres Baglog


Ketika pertama kali membuat baglog , kami masih menggunakan botol untuk memadatkan baglog. Kemudian kami membuat alat sendiri untuk mempres baglog. Hasil nya jauh lebih padat dan lebih rapi dibandingkan dengan menggunakan botol. Jika di pasaran harganya kurang lebih Rp 1.000.000 - 2.000.000 Juta.

Drum Sterilisasi Baglog

Pada  tahun lalu kami melakukan strelilasi hanya dengan menggunakan drum bekas oli yang hanya mampu menampung 60 baglog, kemudian muncul lah ide untuk membuat drum yang berkapasitas besar. Drum untuk sterilisasi baglog hasil buatan kami, mampu menampung sebanyak 730 baglog dengan penggunaan kompor sebanyak 3 buah. Berikut adalah gambarnya :


gambar foto bagian dalam

Jamur Tiram Sistem Gantung

Sebanyak 15 baglog ditumpuk dengan interval sebuah cincin plastik berdiameter 11 cm. Tumpukan baglog itu disatukan dengan seutas tali plastik yang lazim dimanfaatkan untuk jemuran pakaian. Keistimewaan teknologi itu adalah efisiensi lahan. Bayangkan populasi kumbung alias rumah tanam jamur 21 m x 8 m mencapai 44.000 baglog; sistem konvensional, 13.000. Artinya populasi naik 338%. Itulah temuan baru Muhammad Attamimi, pekebun jamur di Ciwidey, Bandung.
Hanya itu kelebihan sistem gantung? Ternyata tidak. Dengan meningkatnya populasi kemungkinan besar juga terjadi lonjakan produksi. Apalagi Atamimi membuka kedua ujung baglog, tindakan yang kian melambungkan produksi. Secara konvensional, pekebun jamur hanya membuka baglog bagian atas lantaran posisi baglog berdiri. Nah, dengan sistem baru posisi baglog tidur sehingga kedua sisinya dapat dibuka.

Ini kelebihan lain: panen 2 bulan lebih cepat. Pada sistem konvensional paling cepat pekebun memetik tiram pada umur 4 bulan. Namun, dengan sistem “tidur” panen lebih cepat lantaran pertumbuhan batang jamur terhambat. Dampaknya, “Pertumbuhan tudung jamur lebih cepat karena tidak terkena matahari langsung,” ujar Attamimi kepada Trubus.
Saat batang tumbuh, ia akan membengkok mencari matahari. Setelah batang menghadap matahari, fase pertumbuhan batang pun terhenti. Lalu berlanjut pada fase pertumbuhan tudung. Selama 5—12 hari pin head atau tudung keluar dari masa inkubasi 30 hari. Seminggu—dua minggu berikutnya jamur siap panen. Dengan menidurkan baglog intensitas serangan hama juga menurun drastis. Musababnya, serangga jauh lebih sulit meletakkan telur-telurnya di baglog lantaran posisinya miring.
Produksi naik
Ia pertama kali mencoba teknologi itu pada Juni 2004. Panen perdana pada Agustus 2004 dengan total produksi 30—50 kg per hari. Dengan begitu produksi rata-rata per baglog mencapai 1,5—2 kg. Bobot rata-rata baglog 2 kg sehingga produktivitas 70—100%. Produktivitas sistem konvensional sekitar 70% dari bobot baglog. Umur produksi baglog sekitar 3—4 bulan, meskipun dapat diperpanjang hingga 9 bulan.
Cara membuatnya pun mudah. Pertama, potong bambu dengan ukuran 2,5 m x 2 m. Buat seperti palang ayunan. Selanjutnya, siapkan tali yang sebelumnya telah direndam dalam formalin 1% selama 1 hari.
Tujuannya untuk sterilisasi atau mensucihamakan. Ukurannya berkisar 10—12 m. Lilitkan tali di bambu. Buat sampai panjang tali menjadi 2 m. Satu palang bambu memuat 20—25 potongan tali. Kemudian, di sepanjang tali letakkan 15 cincin plastik yang dipesan khusus di sebuah produsen plastik. Langkah selanjutnya masukkan baglog di setiap cincin sehingga baglog akan menggantung dan bertingkat.






Padat

Ide menggantung baglog jamur tiram diperoleh dari kebiasaan pekebun jamur kuping Auricularia auricula. Sayang, pekebun jamur kuping memanfaatkan rak bambu yang cepat rusak. Dengan sistem baru, Attamimi tak membuat rak-rak untuk menampung baglog. Sebagai gantinya ia membuat tiang dari bambu setinggi 2 m. Panjang tiang 2,5 m. Tiang itu mampu menampung 23 baglog yang disusun vertikal (lihat grafi s).
Total jenderal ia mempunyai 9 kumbung dengan luasan berbeda. Tujuh kumbung masing-masing berukuran 21 m x 12 m dan 2 kumbung berukuran 21 m x 8 m. Di dalam kumbung berukuran 21 m x 8 m itu terdapat 126 tiang dengan daya tampung sama. Tiang-tiang dari bambu itu mampu bertahan hingga 8 tahun. “Saya terdesak waktu itu. Penanam modal mau uangnya cepat kembali. Jadi harus putar otak cari cara percepat produksi,” ujar sarjana pertanian alumnus sebuah perguruan tinggi di Bandung itu.
Cara baru itu dianggap lebih praktis. Misalnya pada sistem konvensional untuk membuat rak-rak memakan waktu 4 bulan. Namun, dengan sistem gantung, ia hanya butuh waktu 1—2 hari untuk mendirikan tiang-tiang gantung. Jadi amat menghemat waktu.
Lagi pula untuk membuat tiang-tiang gantung biayanya, “Murah, cuma Rp5-juta-an,” kata ayah 2 anak itu. Sedangkan untuk membuat rak-rak pada sistem konvensional mencapai Rp20-juta. Sudah begitu paling banter umur produksi rak hanya 3 tahun. Lagi-lagi pekebun jamur dapat menghemat besar-besaran.
sumber trubus-online.co.id dengan judul Tiram Gantung Produksi Melambung

Kualitas Bibit Jamur Tiram

Jamur yang berkualitas tentu membutuhkan bibit jamur yang berkualitas pula. Karenanya, pastikan bibit jamur yang kita miliki mempunyai kualitas ungggul, dan pertahankan kualitas bibit tersebut agar tetap prima saat ditanam dalam  media. Semoga informasi ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Berikut adalah poin-poin penting seputar kualitas bibit jamur tiram.
  1. Bibit jamur yang baik biasanya memiliki miselium yang berwarna putih dan tumbuh merata ke seluruh media tumbuh. Hindari bibit jamur yang miseliumnya tumbuh terlalu padat atau terlalu tipis. Bibit jamur yang miseliumnya terlalu padat menandakan bibit tersebut sudah terlalu tua, sedangkan bibit jamur dengan meiselium tipis menandakan bibit jamur daya pertumbuhannya lemah.
  2. Bibit jamur tidak boleh terkontaminasi oleh jamur liar. Penggunaan bibit yang terkontaminasi pada baglog menyebabkan baglog akan terkontaminasi. Tandanya adalah tumbuh warna selain warna putih, seperti warna hijau, orange, atau hitam.
  3. Bibit jamur memiliki masa kadarluarsa, yakni bila sudah berumur lebih dari empat minggu sejak proses inokulasi (tanam). Masa kadaluarsa bibit jamur juga ditandai dengan tumbuhnya pinhead pada bibit jamur. Bila sudah masuk masa kadaluarsa, bibit jamur akan mundur aktivitas pertumbuhannya bahkan tidak mampu berproduksi sama sekali.
  4. Bibit yang baik untuk dibudidayakan  adalah bibit yang nilai BER (biological efficiency ratio) nya tinggi. BER merupakan persentase perbandingan antara jumlah berat jamur yang dihasilkan dengan berat media tanam jamur. Sebagai contoh, bila berat jamur yang dihasilkan 400 g dari 1.000 g, maka nilai BER-nya sebesar 40 persen.
  5. Bila kita ingin membeli bibit jamur tiram baiknya membeli bibit dengan miselium yang belum penuh, karena kita tidak mengetahui berapa lama tanggal inokulasinya atau berapa lama bibit tersebut sudah penuh, kecuali apabila pengusaha bibit jamur sudah terbukti menjual bibit jamur yang berkualitas/tidak menjual bibit yang sudah kadaluarsa.
  6. Bila jamur belum akan digunakan baiknya disimpan pada lemari es dengan suhu 5-10’C, dan tutup botol dengan plastik guna mengurangi suplai oksigen. Dengan cara ini maka pertumbuhan miselium akan terhambat, sehingga memperpanjang masa kadaluarsa bibit jamur.
  7. Bila bibit jamur sudah dibuka, maka sebaiknya gunakan sampai habis. Hindari penggunaan bibit sisa, karena kemungkinan besar sudah terkontaminasi oleh mikroorganisme lain.
source http://oemahjamur.blogspot.com

  1.  

Skala Usaha Budidaya Jamur Tiram


1. Membeli bibit siap taman

Budidaya jamur tiram dengan membeli bibit siap taman (baglog), adalah cara yang sederhana, mudah, dan tidak banyak membutuhkan modal. Yang dimaksud bibit siap taman adalah bibit sudah jadi, tinggal menanam atau tinggal menata di rak jamur dalam kumbung jamur. Harga bibit siap tanam ini berkisar Rp 1.000 sampai Rp 5000, tergantung pada daerah-daerah dimana membeli bibit. Jika di daerah saya yaitu banjarmasin harga berkisar antara Rp. 4000 - Rp. 5.000  Cara budidaya dengan membeli bibit siap tanam  ada kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan cara ini adalah seperti berikut:

1) Sederhana, mudah, tinggal dilakukan pemeliharaan, seperti menyiram baglog, mengatur suhu, dan kelembapan sampai panen dan dipasarkan.
2) Efisiensi waktu dan tenaga, tidak perlu menginokulasikan bibit sendiri ke dalam media tanam.
3) Tidak perlu mempersiapkan bahan media (serbuk gergaji, dedak, dan lain-lain)
4) Mudah menghitung kalkulasi untung dan ruginya.
5) Tidak membutuhkan peralatan-peralatan seperti autoklaf atau dandang, skapel, plastik, dan lain-lain.
6) Serba instan.

Kekurangan budidaya dengan cara membli bibit siap tanam adalah seperti berikut:

1) Harga bibit lebih mahal jika dibanding membuat sendiri.
2) Kualitas secara proporsional lebih kecil.

2. Membeli bibit induk

Yang dimaksud membeli bibit induk adalah bibit sebagai inokutan media tanam (biasanya disebut F3) dalam polibag. Dalam hal ini petani membuat media tanam sendiri, kemudian diinokulasi bibit induk hasil pembelian pengusaha bibit.

Kelebihan cara budidaya dengan cara membeli bibit induk adalah seperti berikut ini:

1) Secara proporsional, keuntungan yang didapat lebih besar. Sebagai contoh 1 botol bibit induk harganya antara Rp 5.000 sampai Rp 10.000 dapat menginokulasikan sekitar 30-40 baglog. Sehingga dalam 1 baglog nilainya antara Rp 165 sampai Rp 265 (belum dihitung harga bahan media).
2) Menambah pengetahuan, karena dengan menginokulasikan sendiri menjadi bertambah pengalamannya.
3) Umur bibit kadarluwarsa terpantau.

Kekurangan budidaya dengan cara membeli bibit induk adalah seperti berikut:

1) Beban kerja semakin bertambah.
2) Bila belum menguasai teknik membuat media dan teknik inokulasi, resiko kegagalan tinggi.
3) Harus memiliki peralatan, seperti autoklaf/dandang/drum untuk pasteurisasi, maupun perlengkapan untuk bahan media.

3. Pembibitan sendiri

Usaha budidaya jamur tiram yang diawali dengan proses pembibitan sendiri biasanya dilakukan bagi pengusaha jamur skala besar yang telah banyak pengalaman. Karena pembibitan ini perlu dilakukan orang yang benar-benar mengetahui, baik metode ilmiah maupun teknisnya serta berpengalaman menekuni budidaya jamur tiram.

Kelebihan budidaya melalui cara pembibitan sendiri akan mendapatkan keuntungan secara umum lebih besar. Keuntungan tersebut diperoleh dari penjualan bibit maupun dari hasil budidaya jamur tiram.

Kekurangan melalui cara pembibitan sendiri adalah seperti berikut ini:

1) Modal yang dibutuhkan sangat besar, termasuk luas lahan.
2) Apabila mengalami kegagalan, kerugiannya cukup besar.

Setelah kita mengetahui skala usaha dalam bisnis budidaya jamur tiram yang disampaikan oleh pak Hardi Soenanto, maka diharapkan bagi Anda yang ingin memulai bisnis ini bisa memilih skala usaha yang mampu dilakukan, tentu setelah menimbang untuk dan ruginya. Namun, bagi pemula sebaiknya dimulai dengan membeli bibit siap taman, karena lebih menguntungkan dilihat dari efisiensi waktu dan tenaga. 

source http://oemahjamur.blogspot.com

Beberapa Macam Cara Budi Daya Jamur

Dalam budidaya jamur tiram ada beberapa macam cara orang melakukan teknik budidaya, seperti pada gambar berikut.












Rumah Jamur (Kumbung)

Rumah Jamur (Kumbung)
Kumbung  perlu  dibangun  dilokasi  yang memenuhi  syarat  kelembapan  dan  suhu udara lingkungan. Kumbung sederhana pada umunya  dibuat dari kerangka bambu dengan menggunakan atap genteng, daun rumbia, anyaman bambu atau anyaman jerami padi. Di dalam kumbung   dibuat  rak-rak untuk meletakkan baglog. Tinggi rak dibuat sedemikian rupa sesuai kapasitas bag log yang diinginkan bisa dibuat 3 hingga  6  tingkat.  Untuk  daerah  panas  sebaiknya  kumbung  dibuat  dengan ketinggian lebih dari 4 meter, dengan ketinggian rak maksimal 3 tingkat.













HABITAT HIDUP JAMUR TIRAM

Pertumbuhan  jamur tiram akan optimal apabila kebutuhan hidupnya  terpenuhi baik  dari  segi  nutrisi  maupun  lingkungannya  seperti  suhu,  kelembapan,  aerasi, pH/keasaman, cahaya, serta kandungan air.

Lokasi
Budidaya  jamur  tiram  dapat  tumbuh  optimal  sepanjang  tahun  di  dataran  yang letaknya  antara  400m  –  800m  di  atas  permukaan  laut  (dpl).  Sedangkan  di  daerah dataran  rendah  biasanya  pertumbuhan  jamur  tiram  tidak  begitu  baik. Hal  ini  dapat disiasati  dengan  membuat  rumah  jamur  (kumbung)  di  tempat  yang  teduh  dekat dengan pepohonan besar sehingga kelembapannya bisa tetap terjaga. Beberapa tips yang bisa dilakukan untuk budidaya di daerah panas diantaranya :  
  •  Membuat  bangunan  kumbung  dengan  sistem  sirkulasi  buka  tutup.  Pada  saatsiang  hari  sirkulasi  kumbung  ditutup  agar  kelembapan  di  dalam  kumbung terjaga.  Sebaliknya  pada malam  hari  sirkulasi  dibuka  sehingga  suhu  ruangan lebih dingin.
  • Menggunakan bahan atap yang tidak menyerap panas. 
  • Meletakkan  beberapa  tong/wadah  air  di  dalam  kumbung  untuk  membantu meningkatkan kelembapan ruangan.
  • Membuat bangunan kumbung di tempat yang teduh dekat dengan pepohonan
  • Menanam banyak tanaman (perdu) di sekitar rumah kumbung. Bangunan kumbung dibuat lebih tinggi minimal 4 meter
  • Rak penyimpanan log jamur dibuat tidak lebih dari 3 tingkat.
  • Melakukan penyiraman minimal 3 kali sehari. 
Suhu
Miselium/pertumbuhan vegetatif dapat  tumbuh optimal pada  suhu  sekitar  22˚C  - 28˚C. Sedangkan untuk pertumbuhan tubuh buah diperlukan suhu lebih rendah sekitar 20˚C – 26˚C. Kondisi suhu ruangan dapat diketahui dengan menggunakan termometer. 

Kelembapan Udara
Seperti  jamur  lainnya,  faktor  kelembapan  tinggi  merupakan  syarat  utama  yang
harus  terpenuhi dalam budidaya  jamur  tiram. Kelembapan udara sangat berpengaruh
pada pertumbuhan  jamur tiram. Pada pembentukan miselium diperlukan kelembapan
relatif  70%  -  80%,  sedangkan  saat  pembentukan  tubuh  buah  diperlukan  kelembapan
sekitar  80%  -  90%.  Meskipun  demikian,  jamur  tiram  cukup  toleran  terhadap
kelembapan 60 – 70 %.  Cara  yang  paling  tepat  untuk  memastikan  tingkat  kelembapan  ini  adalah  dengan menggunakan higrometer.

Aerasi
Proses  aerasi  juga  merupakan  hal  yang  vital  dalam  pertumbuhan  jamur  tiram.
Jamur tiram, seperti jamur lain pada umumnya memerlukan kadar oksigen lebih tinggi pada  saat  pembentukan  tubuh  buah  dibandingkan  pembentukan  miselium  (tahap vegetatif).3.5  pH / tingkat keasaman pH  ideal  untuk  pertumbuhan miselium dan  tubuh  buah  yaitu  antara  5  sampai  7.
Pengukuran derajat keasaman atau kebasaan dapat menggunakan pH meter atau kertas lakmus.

Kadar air
Kadar  air  substrat/media  untuk  pertumbuhan  vegetatif  bergantung  pada  jenis media  yang  dipakai.  Pada  media  kayu  utuh,  kadar  air  optimum  adalah  45-60% sedangkan dengan media serbuk gergajian diperlukan kadar air 60-75%.

Nutrisi
Seperti tumbuhan lainnya, jamur tiram juga membutuhkan nutrisi terutama sumber karbon,  nitrogen,  vitamin,  dan  mineral.  Sumber  karbon  berupa  senyawa  pektin, hemiselulosa,  dan  pati.  Sumber  nitrogen  dalam  bentuk  asam  amino,  ammonia,  dan urea. Kadar nitrogen harus dalam konsentrasi yang tepat karena kadar yang berlebihan maupun  kekurangan  akan  menghambat  pertumbuhan.  Kebutuhan  vitamin  dapat terpenuhi  melalui  penambahan  biji-bijian  atau  dedak.  Sedangkan  mineral  dapat dipenuhi dari air dan media dasar.   

Cahaya 
Pada  umumnya  jamur  memerlukan  cahaya  pada  fase  pertumbuhan  tubuh  buah terutama  pada  saat  perangsangan  terbentuknya  tubuh  buah  (akhir  fase  vegetatif) sedangkan  fase  pertumbuhan  vegetatif miselium  diperlukan  kondisi  gelap.    Cahaya yang  diperlukan  dapat  diperoleh  baik  dari  cahaya  matahari  maupun  dari  cahaya lampu.  Intensitas  cahaya  yang  dianggap  cukup  apabila  dalam  ruangan  kita  dapat membaca koran dengan jarak satu lengan antara koran dan mata.

Media Tanam /bahan baku
Media  tumbuh  jamur  tiram  sebagaimana  halnya  jamur  kayu  lainnya  berupa  bahan yang  mengandung  lignin  dan  selulosa  yang  umumnya  terdapat  pada  tumbuhan berkayu. Secara  alami,  jamur  tiram biasa  tumbuh pada batang kayu yang  telah mati. Untuk  memudahkan  proses  budidaya  dan  menurunkan  biaya  produksi  biasanya produsen menggunakan media  alternatif  seperti  jerami padi,  ampas  tebu,  sisa kertas, kulit kacang, dan yang paling banyak digunakan yaitu serbuk gergajian. Pemilihan bahan media  ini  tentunya berdasarkan  tingkat efisiensi, harga yang murah, mudah  diperoleh,  dan  hasil  produksinya  optimal. Media  tumbuh  atau  substrat  yang
umum  digunakan  adalah  serbuk  kayu  albasiah  (sengon).  Kayu  ini  dipilih  karena bahannya  yang  lunak  sehingga  memudahkan  proses  pengukusan  dan  penyerapan nutrisi  serta  senyawa-senyawa  lainnya  yang  diperlukan  untuk  pertumbuhan  jamur. Selain kayu albasiah bisa juga digunakan jenis kayu lainnya dengan syarat  kayu tidak beracun dan tidak mengandung getah seperti pinus, cemara, dan damar.   Selain bahan serbuk kayu perlu ditambahkan pula bahan lain seperti dedak, kapur, dan  pupuk.

sumber   organikganesha.wordpress.com

PENGENALAN JAMUR TIRAM

Ciri-ciri Jamur Tiram 

Jamur  tiram/shimeji  dikenal  pula  dengan  nama  Oyster Mushroom  dan  nama  ilmiah Pleurotus  ostreatus.  Tangkai  tudungnya  menyerupai  cangkang  tiram  dengan  bagian tengah  agak  cekung dan  berwarna  putih  hingga  krem. Tubuh  buah memiliki  batang yang berada di pinggir (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus), sehingga  jamur  tiram  mempunyai  nama  binomial  Pleurotus  ostreatus.  Ukuran  dan warna  tudungnya  pun  bervariasi,  bergantung  dari  jenisnya.  Jamur  tiram  termasuk organisme  yang  bersifat  saprofit  yaitu  hidup  pada  bahan  organik  yang  sudah  mati seperti  kayu  lapuk.  Jamur  tiram  yang  tumbuh di daerah dingin biasanya  tudungnya lebih  tebal  jika  dibandingkan  dengan  jamur  tiram  yang  tumbuh  di  suhu  yang  lebih panas.

Klasifikasi jamur tiram sebagai berikut : 

Kerajaan  : Fungi
Filum       : Basidiomycota
Kelas        : Homobasidiomycetes       
Ordo         : Agaricales
Famili       : Tricholomataceae
Genus       : Pleurotus
Spesies     : Pleurotus ostreatus     

Kandungan dan Manfaat  Jamur Tiram 

Kandungan nutrisi dalam setiap 100 gram jamur tiram sebagai berikut:


 
Jamur  tiram memiliki  kandungan  gizi  yang  lebih  baik  dibandingkan  dengan  bahan makanan lain seperti jamur merang, jamur kuping, daging sapi, bayam, kentang, kubis, seledri,  buncis  dll.  Jamur  tiram  memiliki  kandungan  protein  dan  karbohidrat  yang tinggi tetapi rendah lemak.
Jamur  tiram  juga bermanfaat dalam pengobatan seperti menurunkan kolesterol darah.
Konsumsi  jamur  tiram  selama  3 minggu  dapat menurunkan  kadar  kolesterol  hingga 40%. Selain itu, jamur tiram juga dapat menyembuhkan hipertensi, mencegah penyakit diabetes mellitus, mempercepat pengeringan  luka pada permukaan  tubuh, menambah vitalitas dan daya  tahan  tubuh,  serta mencegah penyakit  tumor  atau kanker, kelenjar gondok, influenza, sekaligus memperlancar buang air besar. Jamur mengubah selulosa menjadi  polisakarida  yang  bebas  kolesterol  sehingga  orang  yang mengkonsumsinya terhindar dari resiko terkena serangan stroke. 

sumber  organikganesha.wordpress.com