Jumat, 22 April 2016

Video Mesin press log jamur otomatis

Video Alat press log jamur manual

Selasa, 12 April 2016

Pengendalian Hama Pada Jamur

Sama halnya dengan usaha bercocok tanam komoditas pertanian lain, budi daya jamur konsumsi juga tidak terlepas dari gangguan gulma, hama, dan penyakit jika tidak dikendalikan dengan baik,semua gangguan ini akan berakibat pada menurunnya produktivitas, bahkan menggagalkan panen.

Pengendalian Hama

Aroma media tanam jamur yang khas, mengundang kehadiran beberapa jenis serangga yang hidup di sekitar kumbung. Serangga tersebut biasanya masuk ke dalam kumbung bersamaan dengan keluar masuknya pekerja, saat jendela kumbung dibuka, atau melalui lubang-lubang kecil yang tidak terdeteksi. Berikut ini beberapa serangga yang menjadi hama bagi jamur.

  • Lalat

Spesies lalat yang kerap menjadi hama adalah sciarid (Lycoriella solani dan Lycoriella auripila), phorids (Megaselia haserata dan Megaselia nigra), serta cecids (Heteropeza pygmaea, Mycophila speyei, dan Myciphila barnesi). Lalat meletakkan telurnya di dalam media. Setelah menetas, larva lalat merusak miselium dan jamur dewasa. Akibatnya, jamur terlihat keriput dan batangnya berlubang. Selain itu, lalat juga merupakan inang pembawa hama lain, yaitu tungau (mite) pada perutnya.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengontrol keadaan kumbung.Jika ditemukan adanya lubang yang berpotensi menjadi tempat masuk lalat, segera tutup. Perhatikan juga keadaan kain kasa di jendela.jika banyak berlubang,ganti saja dengan yang baru. Selain itu, sisa-sisa media tanam yang tercecer saat melakukan pemanenan hams dibersihkan agar tidak ada telur atau larva lalat yang tertinggal. Pengendalian hama ini dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Dichlorsos dengan dosis 90 ml/liter air yang bisa disemprotkan ke 140 m3 media tanam.

  • Tungau

Tungau (mite) adalah serangga kecil lunak berwarna cokelat transparan dengan panjang 0,18 - 0,5 mm. Tungau yang menggerumuni tubuh buah jamur mengakibatkan jamur rusak. Selain itu, tungau juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit pekerja di dalam kumbung. Karena tungau ini dibawa oleh lalat, pencegahannya sama dengan pencegahan kehadiran lalat. Pengendalian hama ini dilakuakn dengan menyemprotkan metil bromide dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya.

  • Rayap
Serangga ini masuk ke dalam kumbung melalui permukaan tanah. Di dalam kumbung, rayap akan memakan kayu-kayu, media tanam, dan miselium jamur. Oleh karena itu, sebelum membangun kumbung harus dilakukan pengamatan secara teliti. Usahakan, tidak mendirikan kumbung di atas rumah rayap. Pengendalian rayap dilakukan dengan menyemprotkan insektisida khusus rayap, seperti Fenvarelate, Cypermethrin, Permethrin, atau Chloorpyrifos dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya.

  • Laba-laba

Laba-laba memakan miselium dan tubuh buah jamur. Di dalam kumbung jamur kuping dan jamur tiram, alba-laba biasanya bersembunyi di sela-sela bag log. Selain menjadi hama langsung, laba-laba juga merupakan inang jamur saprofit dan parasit. Untuk mencegah kehadiran laba-laba, taburkan serbuk kapur di permukaan lantai kumbung. Jika terlihat ada sarangnya, cepat musnahkan. Pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif dicofol, seperti Kalthane atau Malathion dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya.

  • Cacing

Cacing yang menjadi hama dalam budidaya jamur konsumsi adalah spesies Napropogus nematodes dan Mycophogous nematodes. Cacing yang panjang tubuhnya hanya 1 mm ini memakan miselium jamur hingga tidak sempat tumbuh menjadi jamur. Hama ini berkembang dengan sangat cepat, dalam waktu satu minggu populasinya bisa berlipat menjadi 100 kali. Pencegahan masuknya hama ini dilakukan dengan memastikan sterilisasi media tanam berjalan sempurna sehingga semua telur cacing mati. Sementara itu, pengendaliannya dilakukan denagn menaburkan Furagan G dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya.

Sumber : Budi Daya Jamur, AgroMedia

Salah satu hal penting dalam budidaya jamur tiram adalah suhu dan kelembaban udara. Suhu dingin dapat meningkatkan produksi jamur tiram.
Guna mendapatkan suhu yang tepat, petani jamur tiram biasanya menggunakan mesin pendingin. Namun, cara ini membutuhkan biaya dan energi yang besar.
Berangkat dari masalah tersebut, tim peneliti dari Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (Fateta IPB) tergerak untuk membuat alternatif pengganti mesin pendingin pada budidaya jamur tiram. Adalah Manunggal Adjie Putranto dan Mad Yamin yang kemudian memperkenalkan trik karung goni basah untuk menggantikan fungsi mesin pendingin.
"Karung goni sebagai media pendingin ruangan disimpan di lantai di sela-sela rak jamur tiram. Tujuannya adalah untuk menjaga suhu serta kelembaban yang ideal untuk pertumbuhan jamur tiram," kata Manunggal, seperti dikutip dari laman resmi IPB, Jumat (6/2/2015).

Karung goni tersebut nantinya dialiri air secara berkala melalui pipa-pipa yang sudah dibolongi dengan bantuan pengatur waktu dan pompa air. Manunggal mengklaim, inovasi yang telah dipublikasikan dalam Jurnal Keteknikan Pertanian ini, dapat meningkatkan produktivitas jamur tiram.
"Penggunaan karung goni basah untuk menstabilkan suhu di dalam kumbung dapat meningkatkan produktivitas jamur tiram. Panen jamur tiram tanpa perlakuan sebanyak 75 baglog hanya mendapatkan 16,5 kilogram. Sedangkan pada jamur tiram yang mendapatkan perlakuan karung goni, hasil panennya sebesar 23,5 kilogram," ujarnya.
Menurut Manunggal, para petani jamur tiram yang hendak menggunakan metode karung goni harus menyesuaikan intensitas penyiraman dengan kondisi kumbung agar mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Selain itu, para petani juga perlu memperhatikan kondisi panas dan bahan penutup atap.
"Penempatan karung goni di sela-sela rak dan pada konstruksi bangunan di tempat yang panas, sebaiknya tidak menggunakan atap asbes melainkan menggunakan atap genteng," pungkasnya.