Kanker payudara menjadi ketakutan
tersendiri bagi kaum wanita. Data yang beredar, kanker ini menduduki
peringkat pertama kematian perempuan. Jumlah insidensi kanker payudara
di Indonesia mencapai 25.208 penderita per 100 ribu jiwa dan sebanyak 43
penderita mengalami kematian.Hal inilah yang mendasari
penelitian seorang mahasiswa Fakultas Farmasi di Universitas Gajah Mada
(UGM). Menurut dia, penyebaran sel kanker ke jaringan lain dapat memicu
tumbuhnya sel kanker baru di bagian tubuh lain.
Wanita bernama Layung Sekar Sih Wikanthi ini sedang mengupayakan adanya kemungkinan jamur tiram menjadi penghambat penyebaran sel kanker payudara. Dia bersama dengan mahasiswa Fakultas Farmasi lainnya, yaitu Lodyta Nawang Tika dan Shofa An-nur.
"Jamur tiram atau Pleoratus ostreatus adalah jenis jamur yang mudah dibudidayakan. Bahkan, dapat dimakan, serta menjadi menu andalan di beberapa kedai makanan. Selain rasanya yang enak, ternyata jamur tiram mempunyai khasiat sebagai antikanker," ujar Layung, dalam rilis yang dilansir oleh Viva.co.id , Jumat (2/10/2015).
Dijelaskannya, kanker payudara mengalami beberapa fase dalam perkembangan. Salah satunya ialah fase metastasis, yaitu sel kanker berpindah dari jaringan asalnya di payudara menuju jaringan tubuh yang lain, berkembang dan tumbuh menjadi massa tumor baru.
Fase metastasis ini diatur oleh beberapa hal dalam tubuh, salah satunya adalah ekspresi protein matrix metalloproteinase (MMP) yang berlebih. Berdasarkan penelitian sebelumnya, jamur tiram mampu menghambat pertumbuhan yang terus menerus dari sel kanker dan pembentukan pembuluh darah baru pada penyakit kanker.
"Jamur tiram mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai antimetastasis melalui penurunan ekspresi protein MMP-9 dan MMP-2," urainya.
Dijelaskan Humas UGM Satria, penelitian itu sejatinya telah berjalan selama empat bulan melalui banyak proses dan tahapan. Mulai dari pengambilan sampel jamur tiram, ekstraksi untuk mendapatkan senyawa yang dituju, pengujian aktivitas senyawa terhadap sel kanker payudara metastasik melalui metode sitotoksik, penghambatan migrasi sel kanker melalui metode Scratch, dan tingginya jumlah protein penanda metastasis kanker payudara melalui Gelatin Zymograph.
"Diharap nantinya jamur tiram dapat dikembangkan menjadi produk yang lebih aplikatif dalam upaya pencegahan, atau perawatan pasien kanker payudara. Ekstrak jamur tiram dapat dikembangkan menjadi sediaan farmasetis dan nutrasetical, seperti kapsul ekstrak jamur tiram
Wanita bernama Layung Sekar Sih Wikanthi ini sedang mengupayakan adanya kemungkinan jamur tiram menjadi penghambat penyebaran sel kanker payudara. Dia bersama dengan mahasiswa Fakultas Farmasi lainnya, yaitu Lodyta Nawang Tika dan Shofa An-nur.
"Jamur tiram atau Pleoratus ostreatus adalah jenis jamur yang mudah dibudidayakan. Bahkan, dapat dimakan, serta menjadi menu andalan di beberapa kedai makanan. Selain rasanya yang enak, ternyata jamur tiram mempunyai khasiat sebagai antikanker," ujar Layung, dalam rilis yang dilansir oleh Viva.co.id , Jumat (2/10/2015).
Dijelaskannya, kanker payudara mengalami beberapa fase dalam perkembangan. Salah satunya ialah fase metastasis, yaitu sel kanker berpindah dari jaringan asalnya di payudara menuju jaringan tubuh yang lain, berkembang dan tumbuh menjadi massa tumor baru.
Fase metastasis ini diatur oleh beberapa hal dalam tubuh, salah satunya adalah ekspresi protein matrix metalloproteinase (MMP) yang berlebih. Berdasarkan penelitian sebelumnya, jamur tiram mampu menghambat pertumbuhan yang terus menerus dari sel kanker dan pembentukan pembuluh darah baru pada penyakit kanker.
"Jamur tiram mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai antimetastasis melalui penurunan ekspresi protein MMP-9 dan MMP-2," urainya.
Dijelaskan Humas UGM Satria, penelitian itu sejatinya telah berjalan selama empat bulan melalui banyak proses dan tahapan. Mulai dari pengambilan sampel jamur tiram, ekstraksi untuk mendapatkan senyawa yang dituju, pengujian aktivitas senyawa terhadap sel kanker payudara metastasik melalui metode sitotoksik, penghambatan migrasi sel kanker melalui metode Scratch, dan tingginya jumlah protein penanda metastasis kanker payudara melalui Gelatin Zymograph.
"Diharap nantinya jamur tiram dapat dikembangkan menjadi produk yang lebih aplikatif dalam upaya pencegahan, atau perawatan pasien kanker payudara. Ekstrak jamur tiram dapat dikembangkan menjadi sediaan farmasetis dan nutrasetical, seperti kapsul ekstrak jamur tiram