Pak Kaiman, ternyata merupakan
pengusaha budidaya jamur tiram. Tak mengherankan jika di lingkungan
rumah baik di dalam maupun diluar bisa dijumpai bibit jamur yang bakal
dipasarkan.Bapak dua anak itu belum lama merintis usaha budidaya jamur.
Ia baru merintis usaha ini di 2005.
Saat ini menurut Kaiman setiap hari ia
telah memasok jamur tiram ke pelanggan rata-rata 100 kg/hari dengan
harga jual Rp10.000/kg serta 1.000 unit baglog/media tanam dengan harga
jual Rp2.500 per unit. Kaiman mengaku sebenarnya permintaan akan jamur
tiram saat ini masih jauh dari kebutuhan meskipun banyak yang sudah
mengembangkannya.
Sempat Menjadi Sopir Truk
Sebelum menggeluti usaha jamur
tiram, Pak Kaiman sempat menjadi sopir truk. Ia menjalani profesi
tersebut selama 14 tahun, sejak 1995. Hingga suatu saat ia merasa lelah
dan bosan sehingga menghentikan profesinya dan membeli kendaraan
bermotor roda empat sistem kredit untuk dioperasikan sebagai angkutan
kota di wilayah Kab. Pasuruan.
Namun ternyata semua tak selalu
seperti yang diharapkan. Ternyata ia harus berhadapan dengan sepinya
volume penumpang kondisi yang membuat Kaiman tak mendapatkan penghasilan
cukup guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam rumahtangga. Sehingga
iapun tidak melanjutkan usaha angkutan kota.
“Peluang kerja sangat sempit
bagi saya sebab saya tidak punya ijazah, mengingat tidak tamat Sekolah
Dasar (SD). Dalam keadaan seperti ini, pada 2005 ada tawaran untuk
mengikuti pelatihan kewirausahaan di bidang budidaya jamur dari HM
Sampoerna, maka saya mengikutinya,” kata Kaiman.
Pak Kaiman akhirnya mengikuti
pelatihan yang diselenggarakan oleh pabrik rokok tersebut. Waktu itu ada
20 peserta dari Desa Bulu Kandang yang turut dalam pelatihan budidaya
jamur tiram, dan secara bersama-sama memulai usaha tersebut. Namun tak
semuanya melanjutkan usaha ini.
Saat memulai usahanya Kaiman
bermodalkan 1.000 unit baglog. Karena taklagi punya mata pencaharian
Kaiman memulai usaha ini dengan penuh keseriusan. Waktu itu ia sudah
memiliki tempat budidaya yakni bangunan berdinding bambu.
Berdasarkan ilmu yang diperoleh dari
pelatihan, media tanam terdiri dari serbuk kayu gergajian, dedak/katul,
tepung jagung dan kalsium yang dibungkus plastik dengan bobot 1,1 kg per
unit baglog. Kumbung seluas 50 m2 (lebar 5 meter x panjang 10 meter)
dapat dimanfaatkan untuk pembudidayaan 5.000 unit baglog. “Jamur tiram
tergolong tanaman yang cepat tumbuh dan setiap unit baglog dapat
menghasilkan panenan hingga 1 kg selama 5 bulan, lalu diganti media
tanam baru. Tetapi saat panen perdana saya kesulitan mencari pasar,”
kenangnya.
Memasarkan Dari Swalayan Hingga Restoran
Pak Kaiman tak mau menyerah
begitu saja. Mencari pangsa pasar akhirnya dia berkeliling menawarkan
jamur tiram ke restoran dan swalayan. Ia belum membidik pasar
tradisional karena memang masyarakat luas belum terbiasa mengkonsumsi
jamur tiram.
Ia juga terbantu dengan adanya
PPK Sampoerna yang turut mempromosikan jamurnya. Mereka memajang produk
Kaiman di etalase sekaligus diikutkan pameran bersama pengusaha kecil
lainnya yang mereka bina.
Berkat ketekunan dalam memperluas
pasar, Pak Kaiman berhasil mendapatkan order dari para pengepul maupun
restoran di berbagai kota tak hanya dari wilayah Kab. Pasuruan saja.
Saat ini karena permintaan yang terus meningkat iapun terus berupaya
meningkatkan volume usahanya. Kini dia memiliki beberapa kumbung yang
digunakan membudidayakan puluhan ribu unit baglog. Selain itu, juga
memenuhi permintaan baglog dari petani dan mampu memunculkan
petani-petani jamur di beberapa daerah.
Semoga bisa menjadi inspirasi buat kita semua...
0 komentar:
Posting Komentar